Senin, 16 Juli 2012

The Girl Who Loved With White Rose (JAITLIN Story)


Tittle : The Girl Who Loved With White Rose
Author : Tia Liszawati Halim
Genre : Sad?Romance?Idk :p lol
Please Don’t Copycats ! Thanks ^^
ENJOY!

California,June,12nd 2012
Langkah kaki ku terdengar disepanjang lorong Calfironia’s Hospital.Aku memegang erat bunga mawar merah digenggamanku yang sudah bersih dari duri dibagian tangkainya.Bunga mawar favorite kekasihku,Rose.Sesuai namanya,kekasihku itu memang suka sekali bunga mawar.Dan dia ada disini,dirumah sakit ini karena suatu penyakit.
            Morning,Rosie!”Sapaku ramah begitu membuka pintu kamar nomer 134 itu.Didalamnya terdapat gadis 19 tahun yang terbaring lemah di kasur rumah sakit dengan alat-alat kedokteran disekitar tubuhnya.Reaksinya masih sama,diam.
            “Aku membawakanmu mawar.Kupikir mawar yang kubawa tiga hari lalu sudah layu,jadi aku mengganti nya dengan yang baru.”Ucapku sambil membuang bunga mawar yang berada di sebuah vas disamping ranjangnya dan menggantinya dengan bunga yang kubawa.Aku duduk disamping Rose.Aku menggenggam tangannya.
            “Rose,sadarlah.Aku merindukanmu.”Bisikku.Aku terlihat gila.Aku berbicara sendiri tanpa ada balasan.Sudah 1 bulan dia tertidur.Dokter bilang penyakitnya parah dan hidupnya hanya tinggal 10 hari lagi,itupun dengan bantuan alat medis.Leukimia.Dan aku berjanji,aku akan menemaninya sampai maut menjemputnya.
            “Kurasa kau harus cepat sembuh,Rose.Mrs.Clader merindukanmu dikelas Musik.”Kataku berbicara seolah Rose akan membalasnya.Setengah jam berlalu.Aku terus berbicara dengannya,mengusap kepalanya seolah akan ada reaksinya.Namun nihil,Rose tetap tertidur.Terdengar suara pintu menjeblak terbuka.Aku melihat kearah pintu,ternyata Dokter dan Suster yang menangani Rose.
            Good Morning,Mr.Bieber.”Sapa sang dokter yang umurnya sudah 56 tahun.Aku tersenyum dan membalas sapaannya.
            Morning,Sir”Dr.Drake,dia sangat ramah.Dia yang memebriku semangat agar selalu menemani gadisku ini.
            “Bisa keluar sebentar?Aku harus memeriksa Rosie dulu.”Pintanya.Aku mengangguk dan berjalan menuju pintu.Aku membiarkan Dr.Drake memeriksa Rose dengan tenang.
            Aku berjalan-jalan keliling rumah sakit ini.Aku melihat seorang gadis seumuran dengan Rose duduk ditaman.Disampingnya seorang suster yang memegang mangkuk dan menyodorkan sendok berisi –sepertinya- bubur pada gadis itu.Namun gadis itu menolak.Aku melihat kejadian itu tanpa sang gadis ataupun sang suster sadar karena posisiku membelakangi mereka.Kurasa gadis itu sakit seperti Rose.Tapi dia lebih beruntung,dia masih sadar sampai detik ini.Tidak seperti Rose yang hidupnya tergantung pada alat detektor disamping ranjangnya.
            “Dia juga pasienku.Dan dia terkena Leukimia juga.”Aku terlonjak ketika seseorang menepuk pundakku.Ternyata Dr.Drake.Dia sudah selesai memeriksa Rose.Kini pandangan mataku dan Dr.Drake tertuju pada Gadis dan Suster disana.
            “Dia hanya tinggal 1 bulan lagi.Dia sudah disini sejak 3 minggu lalu.”Tambah Dr.Drake.
            “Dia tidak mau makan,Dok.”Kataku.Dr.Drake terkekeh.
            “Dia memang seperti itu semenjak pacarnya meninggalkannya karena penyakit itu.Dia tidak seberuntung Rose,Justin”Jelas Dr.Drake.Aku sedikit kaget mendengarnya.Lelaki macam apa yang berani meninggalkan kekasihnya justru dalam keadaan seperti ini?
            “Boleh aku mencoba membujuknya makan,Dok?”Aku merasa ingin membantunya.Aku merasa aku ingin memberikan semangat seperti pada Rose.Dr.Drake tersenyum dan mengangguk.Aku menghampiri Gadi dan suster itu.
            “Hey,Good Morning”Sapaku pada mereka.Gadis itu menoleh tapi dengan cepat ia kembali menatap kedepan.
            “Umm..namaku,Justin.Justin Bieber.”Kataku sambil mengulurkan tanganku pada Gadis itu.Sang Gadis tidak menoleh tapi berbicara dengan nada yang tak bisa diartikan maksudnya,
            “Masih ada orang yang mau berteman dengan gadis seperti ku yang penyakitan?”Aku terkekeh.
            Why Not?Kita kan bebas berteman dengan siapa saja.Kapan Mr.Obama membuat Undang-undang kalau berteman dengan orang sakit itu tidak boleh?”Kataku sedikit bercanda dan itu berhasil.Aku melihat sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman yang tak terlalu terlihat jelas.
            “Suster,biar aku yang ambil alih.Sebaiknya kau mengerjakan hal lain.Dan aku menjamin mangkuk ini habis.”Kataku pada Susternya sambil meminta mangkuk yang benar berisi bubur.Sang suster tertawa dan memberikan mangkuk itu padaku.Aku duduk disamping gadis tadi yang masih menatap kedepan.
            “Jadi,namamu siapa?”Tanyaku berusah membujuknya dengan basa-basi.Dia menoleh kearahku.
            “Untuk apa?Untuk apa kau tau namaku?”Tanyanya sinis.Aku terdiam.
            “Karena aku ingin berteman denganmu dan pertemanan dimulai dari saling tahu nama.”Jawabku.Angin berhembus seolah menyetujui ucapanku.Seolah angin mengizinkan ku menemani gadis ini juga seperti aku menemani Rose.
            “Baiklah,kau memaksa.”Katanya menyerah.Aku tersenyum puas.
            “Namaku Caitlin.Caitlin Beadles.Oke?”Tambahnya.Aku terkekeh.
            “Nah begitu.”Caitlin memutar bola matanya dengan malas.
            “Jadi,kenapa kau disini umm.. Justin?”Tanyanya sedikit tidak yakin dengan namaku.
            “Aku menemani kekasihku yang dirawat disini.”Jawabku.Aku memandang kedepan tapi aku tau bahwa Caitlin melirik ku.
            “Dia sakit?”Tanyanya lagi dengna hati-hati.Aku mengangguk.
            “Leukimia stadium akhir.”Aku menghela nafas.
            “Setidaknya dia lebih beruntung dari pada aku.”Bisik Caitlin.Aku menoleh.Astaga!Aku lupa kalau dia ditinggal oleh kekasihnya karena Leukimia.
            “Maaf.Aku tidak bermaksud...”
            “Kau tau semuanya dari Dr.Drake kan?”Caitlin menyela ucapanku dengan pertanyaannya.Aku mengangguk.Ia terkekeh.
            “Dr.Drake selalu seperti itu.Berharap semua orang mau dekat denganku.Memberiku semangat,mengasihaniku.Tapi aku tidak butuh seperti itu.Aku sudah terbiasa seperti ini”Katanya.Aku tau dia ingin menangis.Entah apa yang menahannya.Dia menghembuskan nafas berat.
            “Tapi nyatanya itu tidak akan terjadi.Tak ada yang mau berteman denaganku selain orang tuaku dan suster yang merawatku.Gadis mu beruntung mempunyai mu,Justin”Tambahnya.Aku diam dan membiarkan dia berbicara.Meluapkan semua emosinya pada seseorang.Dia butuh itu.
            “Dan kau juga punya aku sekarang.Kau sama beruntungnya seperti kekasihku,Rose”Bisikku pelan sambil menggenggam tangannya yang pucat.Dia menatapku.Airmatanya mulai berjatuhan tapi buru-buru ia usap dengan tangannya yang bebas.
            “Baiklah.So?Kau mau makan?”Tawarku sambil menangkat mangkuk berisi bubur dan menggoyakannya sedikit.Caitlin menggeleng.Aku berdecak dan kembali memaksanya.
            “Ayolah.Akan kubawakan kau bunga mawar besok”Caitlin membelalakkan matanya.
            “Kau tau dari mana aku suka mawar?”Pekiknya.Hah?dia juga suka mawar?Padahal aku hanya asal menebak.
            “Err...Rose juga suka mawar.Dia suka mawar Merah.”Jawabku.Dia mengangguk.
            “Tapi aku lebih suka mawar putih.”Katanya.Aku tersenyum.
            “Jadi,kau mau makan?Dan akan kubawakan kau bunga mawar putih besok.”Aku menyodorkan sendok berisi bubur pada mulut Caitlin.Tak kusangka,dia memakannya.Dia tidak menolaknya.Dia mau makan.
            Thanks,Justin”Katanya ketika satu mangkuk bubur habis.Aku mengerutkan dahiku.
            “Untuk apa?Aku yang harus nya berterima kasih.Kau sudah mau makan.”Kataku.Dia tersenyum.
            “Untuk itu,kau memberiku makan dan semangat.Kau mau menemaniku.”Aku tersenyum.
            “Besok kau janji akan membawakan bunga kan?”Tanyanya.Aku mengangguk.
            “Janji.Dan kita sekarang berteman ya?”Aku mengulurkan jari kelingkingku ke arahnya dan dia mengaitkan jari kelingkingnya di jari kelingkingku.
            “Berteman”Katanya.Dan disinilah semuanya berawal.Sekarang aku menyemangati dua gadis untuk bertahan,membuat hidup nya bahagia.Caitlin dan Rose.
                        ****************************************************
California,June,15th 2012
            Pagi ini aku mendengar kabar bahagia dari Dr.Drake.Ia bilang bahwa Rose sadar.Aku yang sedang mengobrol dengan Caitlin di taman segera berlari meninggalkannya dan menuju kamar Rose.Benar saja,ketika ku buka kamarnya,Rose sedang tersenyum padaku.Walau masih dengan alat bantu,tapi kini dia membuka matanya,tersenyum kearahku.
            Hi Justin”Sapanya.Aku masih berdiri diambang pintu.Rasanya aku ingin sekali menangis.Tapi kutahan,karena aku tahu dia tak ingin melihatku menangis.Aku berjalan kearahnya dan duduk di sampingnya.
            “Hi,Rosie.Lama tak melihat senyum mu.”Balasku membuatnya makin mengembangkan senyumnya.Sungguh,aku merindukan senyumannya,senyuman yang mungkin tak akan kulihat lagi.
                        *************************************************
            Kudorong perlahan pintu kamar pasien bernomer 188.Seorang gadis dengan rambut pirang kecoklatannya tengah duduk sambil membaca buku.Dia mengalihkan pandangannya pada ku yang tersenyum.Caitlin Beadles.
            “Hey.Maaf aku meninggalkan mu tadi.”Kataku berjalan kearahnya dan duduk disampingnya.Dia tersenyum.
            “Tak apa.Itu wajar.Dia kan kekasihmu.”Aku tersenyum mendengarnya.Walaupun sikapnya menyebalkan diawal,tapi dia ternyata dewasa dan menyikapi semuanya dengan positive.
            Aku melirik ke arah pojok ruangan yang terdapat sebuah gitar coklat.
            “hmm..Cait,itu gitar siapa?”Tanyaku pada Caitlin yang kembali membaca bukunya.Caitlin melihat kearah gitar itu dan menjawabnya,
            “Ooh,itu gitar milikku,hadiah dari ayah dan ibuku.”Aku mengangguk anggukan kepalaku,tanda bahwa aku mengerti.Dan ketika aku baru mengingat satu hal,aku menepuk dahiku pelan,
            “God!Hampir saja aku lupa.Rose ingin bertemu dengan mu,Cait.”Kataku pada Caitlin.Aku yakin dia terkejut.
            “WHAT?!!Dari mana dia tau aku ?”Tanyanya shock.Aku memutar bola mataku.
            “Dari aku tentu saja.Kau mau kan?Ayolah..”Pintaku memohon.Dia menggeleng.
            “Tidak,nanti aku..aku disangka yang macam-macam selama dia koma.”Katanya.Aku tertawa mendengarnya.
            “Rosie bukan tipe perempuan yang seperti itu.Dia baik,percayalah”Kataku meyakinkannya.Perlu beberapa kali membujuk Caitlin yang akhirnya menyetujui ikut dengan ku bertemu Rosie.
            ***********************************************************
            “Jadi,kau Caitlin ya?”Tanya Rose ketika kami –aku dan Caitlin- tiba diruangannya.Caitlin mengangguk gugup.
            “Hahaha..Tak apa Caitlin,aku tidak keberatan Justin dekat denganmu karena nanti jika aku pergi terlebih dahulu,kau bisa menemani Justin dan begitupun sebaliknya”Ucap Rose.Tanpa diduga Rose memegang tanganku dan Tangan Caitlin lalu menyatukannya.
            “Aku ingin Caitlin merasakan kebahagiaan seperti yang aku rasakan selama ini karena disampingmu,Justin”Ucap Rose pada ku dan Caitlin.
            “Kau bicara apa Rosie?Jangan berbicara seperti itu.Aku yakin kau bisa bertahan!”Kataku memberinya semangat.Rose tersenyum lemah.Entahlah,aku hanya merasa dokter salah.Dokter salah memprediksi dia akan meninggal beberapa hari lagi.
            “Berjanjilah kau akan membuat nya bahagia selama sisa hidupnya,Justin”Kata Rose saat hari sudah menjelang sore.Caitlin sudah kembali keruangannya dan aku sekarang dengan Rose di ruangan Rose.Aku mengangguk.
            i Promise”Kataku berjanji.Aku akan membuat sisa hidup Rose dan Caitlin menyenangkan.Aku hanya ingin mereka meninggalkan dunia ini dengan damai dan bahagia.
            ***********************************************************
California,June,18th 2012
            Angin bertiup lembut,dedaunan berjatuhan dari pohonnya,suasana haru masih menyelimuti pemakaman ini.Ya,dugaan dokter salah.Rose pergi lebih cepat dari dugaan mereka.Mungkin dia sudah cukup bahagia didunia.Ku bawakan dua ikat mawar merah.Satu ikat dariku dan satu ikat dari Caitlin.Dia memaksa ingin datang tapi pihak rumah sakit tidak mengizinkannya.Dia terlihat memburuk.Dia pingsan dan belum sadar sampai saat ini.
            “Aku berjanji akan membuat Caitlin bahagia seperti aku membuat mu bahagia Rose.I love You ...”Kataku sambil mencium nisannya dan pergi kembali kerumah sakit.Ternyata Caitlin sudah sadar.Dia terduduk ditaman.Sebelum kuhampiri dia,aku mengambil gitar yang pernah kulihat di kamarnya.
I've been alone so many nights now
And I've been waiting for the stars to fall
I keep holding out, for what, I don't know
To be with you, just to be with you
Caitlin menoleh kearahku yang sedang bermain gitar sambil bernyanyi.Wajahnya tampak lebih pucat dari sebelumnya.Aku berjalan kearahnya dan duduk disampingnya.Kurasa jam 10.00 am adalah waktu yang menyenangkan untuk duduk di sini selain senja hari.Aku benar-benar takut sekarang.Takut jika aku harus kehilangannya ...
So here I am, staring at the moon tonight
Wondering how you look in this light
Maybe you're somewhere thinking about me too
To be with you, there's nothing I wouldn't do
Dia terlihat tersenyum.Aku tidak pernah melihat senyuman seperti ini darinya.Senyuman seolah menyiratkan dia sudah tidak kuat.Sudah dekat waktunya.Aku tidak mau.Dokter bilang dia masih ada beberapa minggu lagi disini.Aku ingin minggu-minggu terakhirnya berkesan.Sayangnya aku tidak boleh membawanya keluar rumah sakit.

And I can't imagine two worlds spinning apart
Come together eventually...
Dia bernyanyi dan aku tak menyangka suaranya sangat bagus.Bahkan angin berhenti berhembus ketika dia bernyanyi.Seperti Rose.Aku merindukannya,Rosie ...
And when we finally meet, I'll know it's right
I'll be at the end of my restless road
But this journey, it was worth the fight
To be with you
Just to be holding you for the very first time
Never letting go
What I wouldn't give to feel that way
Oh, to be with you
And I can't imagine two worlds spinning apart
Come together eventually

And when you're standing here in front of me
That's when I know that God does exist
'Cause He will have answered every single prayer
To be with you, just to be with you, yeah
You, ooh
            “Suaramu sangat bagus,Caitlin!Kau tak pernah memberitahuku.”Kataku ketika aku selesai bermain gitar.Dia tertawa.
            “kupikir tidak.Suaramu juga bagus.Dan kau sangat handal dalam bermain gitar.”Pujinya.Aku tersenyum.
            “Justin ...”Bisiknya memecahkan keheningan yang terjadi diantara kami.Aku menoleh.
            “Ya?”
            Caitlin menghela nafas sebelum akhirnya berbicara,
            “Terima kasih,Justin.Kau membuat hari ku lebih baik dari sebelumnya.Aku tak tau harus membalas mu dengan apa.”Aku terdiam,mungkin ada kata-kata selanjutnya.Tapi tak ada.Kami terdiam lagi.
            “Kau jangan berbicara seperti itu.”Kataku.Aku sekarang benar-benar takut kehilangannya.
            “Kau takkan pergi kan Justin?”Tanyanya.
            “Tidak akan.Aku akan tetap disampingmu.Kapanpun kau mau.Dan kau juga takkan meninggalkan ku,kan?”Kataku.Aku memeluk tubuh Caitlin.Aku benar-benar takut kehilangannya sekarang.Aku lebih takut kehilangannya dibanding kehilangan Rose.
            “Tak akan,aku janji”Katanya pelan
            “Thanks Justin,thanks for everything”Ucap Caitlin dalam pelukanku.Aku merasakan angin kembali berhembus.
            *************************************************************
California,June 19th 2012
Aku bulak-balik didepan ruang ICU pagi ini.Caitlin semalam mengalami penurunan.Sangat drastis.Ia kritis dan dibawa ke ICU.Ibunya dan ayahnya dudukdi tempat yang disediakan.Aku nyaris mati mendengarnya kritis.Tuhan,selamatkan nyawanya.Biarkan dia hidup sebentar lagi saja.
            Dr.Drake keluar dari ruangan dengan suster yang mengikutinya dari belakang.Ayah dan Ibu Caitlin langsung berdiri dan aku langsung bertanya padanya.
            “Bagaimana keadaan nya dok?”Tanyaku panik sambil mengguncang bahunya karena dia tidak menjawab melainkan menghela nafas.Ada apa ini?
            “Justin,tenanglah.Kuatkan dirimu”Kata Mr.Beadles.Aku menarik nafas dan menahan emosiku.Dokter mulai bicara.
            “Justin,Mr.Beadles dan Mrs.Beadles saya minta maaf.Kami sudah melakukan yang terbaik tapi Tuhan berkehendak lain padanya.Caitlin,dia tidak selamat”Jeritan.Yang kudengar adalah lengkingan suara jeritan dan tangisan.Mrs.Beadles menangis didalam pelukan Mr.Beadles.Aku masih diam.Ini tak mungkin.Dia kemarin baru saja bermain denganku.Dia tak akan meninggalkanku.Dia berjanji.
            “Boleh saya masuk?”Pintaku pada Dr.Drake.
            “Tentu.Dia berpesan sebelum pergi padaku,Justin.Gitar yang ada diruang inapnya adalah milikmu sekarang.Dia juga menyuruhmu melihat isi bantal dikamar inapnya.”Kata Dokter tua itu.Aku mengangguk tak peduli.Aku segera masuk keruangan ICU dan mendapati tubuh Caitlin tanpa satu alat medis pun ditubuhnya yang pucat,sangat pucat.
            “Caitlin...”Bisikku lirih.Airmataku mulai berjatuhan memandangi wajahnya yang tersenyum namun terlihat sangat Pucat.
            “Kau bilang takkan meninggalkan ku,tapi apa?Kau bohong.”Lanjutku.Caitlin masih diam.Aku meraih tangannya dan mengecup sebentar.       
            “Justin..”Suara Dr.Drake memanggilku.Aku menoleh kearahnya.
            “Dia harus di makamkan sekarang.”Lanjut sang Dokter yang menangani dua gadis yang terpenting dalam hidupku.
            “Kau tak boleh sedih berlarut-larut Justin.Caitlin bilang padaku jika dia pergi,dia tak ingin melihat siapapun yang dia sayangi menangis,terutama Kau.”Dr.Drake menepuk pundakku untuk menguatkanku.Aku mengangguk.Ia benar.Caitlin pasti tak ingin melihatku menangisinya.Dia cukup bahagia selama didunia ini.Setidaknya di hari-hari terakhirnya.
            *************************************************************
            Aku berjalan melewati lorong rumah sakit dengan pakaian serba hitam dan kacamata hitam.Hari ini,saat senja hari,Caitlin akan dimakamkan.Mr dan Mrs Beadles bilang itu yang Caitlin inginkan jika dia meninggal.Senja,saat aku dan Caitlin menghabiskan waktu bersama sampai senja terakhir kami.
            Aku berhenti didepan kamar Caitlin,kamar perawatannya dulu.Aroma bunga mawar tercium.Aku jadi ingat dia suka mawar putih.Aku membuka pintu kamarnya.Masih sama seperti biasanya dan ada gitar pojokan ruangan.Tunggu,
“Dia berpesan sebelum pergi padaku,Justin.Gitar yang ada diruang inapnya adalah milikmu sekarang.Dia juga menyuruhmu melihat isi bantal dikamar inapnya.”
Aku mengingat pesan Caitlin pada Dr.Drake.Aku mendekati bantal di kasur yang dulu Caitlin tempati.Aku merogoh isi bantal dibalik kain yang menutupinya.Tunggu.Tanganku menyentuh sesuatu.Ku tarik benda itu dan ternyata...Buku Diary?
Aku yakin ini milik Caitlin.Aku membuka satu per satu halamannya.Dari situ aku tahu kalau Caitlin sudah menyukai ku sebelum aku menemuinya di Taman saat ia tak mau makan pagi itu.
“aku melihatnya lagi pagi ini,membawa mawar merah dan berjalan keruangan nomor 134.Ruangan yang terdapat seorang gadis didalamnya.Aku kira dia menyukai gadis itu.Aku kesal!Aku menyukainya tapi dia sudah dimiliki orang lain.” Tulis Caitlin.Disitu dia belum tahu bahwa Rose mengidap penyakit yang sama sepertinya.Ia tak mau makan pagi itu karena aku.Aku tau semuanya sekarang.Ia takut bertemu Rose hari itu karena dia pernah mempunyai prasangka buruk pada Rose.Saat aku membalik halaman terakhir,ternyata itu surat.Surat untuk ku yang dirulisnya sepulang dari taman dengan ku kemarin.
“Justin,jika kau membaca ini,mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini.Tapi ketahuilah,jika kau selalu mengingatku maka aku akan tetap hidup dihatimu.Aku mau mengucapkan terima kasih banyak padamu,Justin.Kau memberikanku semangat.Kau mau menjadi temanku disaat semua orang meninggalkanku.Aku tak bisa membalasnya Justin.Hanya gitar yang bisa kuberikan.Aku ingin mendengarmu bermain gitar untuk orang-orang seperti ku,orangorang yang membutuhkan semangat hidup,orang-orang yang membutuhkan teman dan kedamaian.Suaramu membuat damai,Justin.Kau sangat baik.Kau rela membagi waktumu dengan ku dan Rose.Betapa beruntungnya Rose bisa menjadi kekasihmu.Kau juga mungkin sudah tau perasaanku padamu.Dan yah,aku tak bisa menjadi seberuntung Rose.Tapi,kau yang selalu menemaniku pun itu sudah lebih dari cukup.Thanks for everything,Justin.And i love you.Berjanjilah jangan menangis jika aku sudah tak ada..”
            ***********************************************************
Aku berdiri di pemakamannya.Hari sudah hampir gelap dan semua orang juga sudah pulang.Caitlin dimakamkan disebelah Rose.Aku menatap kedua nisan itu.
            “Aku senang telah membuat kalian merasa bahagia di dunia.Aku berjanji aku tak akan sedih.Aku berjanji pada kalian berdua.Kalian tak akan pernah kulupakan”Aku menaruh mawar merah di nisan Rose dan mawar putih dinisan Caitlin sebelum akhirnya aku berjalan pergi meninggalkan pemakaman.Aku tak akan melupakan kalian berdua,Rose dan Caitlin.Terutama kau,Caitlin Beadles,The Girl Who Loved White Rose...

Selasa, 10 Juli 2012

Oneshoot : My Life With You and My Life Without You


Tittle : My World With You and My World Without You
Author : Tia Liszawati Halim
“.. Cinta yang tulus ada cinta dimana seseorang dapat melengkapi pasangannya ..”
New York
July,12nd 2012
            “Tebak siapa aku?”Ucap seorang gadis dengan ceria.Kedua telapak tangannya menutupi kedua mata indah seorang lelaki yang tengah duduk di kursi sebuah taman pada sore hari.Lelaki itu tersenyum dan berkata,
            “Tak perlu menutupi mataku,Alyssa.Aku juga tak akan tau siapa kau tanpa kau perlu menutup mataku”Alyssa menurunkan tangannya.Ia menundukkan kepalanya,menyesal.Ia duduk disamping lelaki itu,lelaki yang ia cintai dengan tulus.
            “Bagaimana?”Tanya Alyssa.Seolah mengerti,lelaki disampingnya menghela nafas dengan berat.Matanya yang indah memandang lurus kedepan.Ia menggeleng pelan.
            “Belum ada..”Ucapnya pelan.
            “ah..Justin,percayalah kau akan mendapatkan donor mata secepatnya.”Balas Alyssa sambil menggenggam tangan lelaki disampingnya yang bernama Justin.Lelaki itu membalas genggaman tangan gadisnya dan tersenyum.       
            Yeah,i know.I believe”Ucapnya.
            Yah,Justin Bieber.Lelaki berusia 18 tahun yang buta karena kecelakaan yang ia alami saat usianya 17 tahun.Ia mengalami tabrakan dengan mobil ketika ia membawa mobilnya melaju menuju rumahnya sepulang sekolah.Pecahan kaca mobilnya mengenai matanya dan membuatnya menjadi seperti sekarang.Tapi beruntunglah Justin karena mendapatkan Alyssa.Ia tak pernah malu mempunyai kekasih seperti Justin.
            “Alyssa..”Panggil Justin.Alyssa yang tadinya ikut menatap lurus kedepan menoleh kearah kekasihnya itu.
            “Ehm?”
            “Kau tau aku takut kegelapan?”Tanyanya.Alyssa jelas tau.Ia tau semua seluk beluk Justin.
            “Yeah,aku tau.Kenapa?”Tanya Alyssa.Justin menarik nafas dan membuangnya perlahan.
            “Keadaan ku sekarang.Semua yang kulihat gelap.Aku tak bisa melihat. Aku mau kau berjanji padaku,Alyssa.”Jawab Justin.
            “Berjanji apa?”Alyssa kembali bertanya.
            “berjanjilah kau akan menjadi cahaya dalam hidupku jika aku tak akan bisa melihat selamanya.”Jawaban Justin membuat hati Alyssa merasa miris.
            “Tidak,kau akan bisa melihat,Justin.Percaya padaku”Kata Alyssa dengan tegas.Tangannya terulur mengusap pipi Justin dengan lembut.
            “Aku percaya padamu,Alyssa”Bisik Justin sambil tersenyum.Pandangannya masih terus menatap kedepan.Senyuman diwajahnya tak pernah lepas.Ia bahagia.Setidaknya karena dia mempunyai Alyssa.

***
New York
July,13th 2012
            Setiap orang pasti mempunyai kekurangan dan dibalik kekurangannya,dia mempunyai kelebihan.Seperti Justin Bieber.Walaupun matanya tak bisa melihat tapi hatinya tidak buta.Entah dari mana,Tuhan memberikan anugerah-Nya pada Justin.Ia mampu memainkan piano walaupun matanya buta.Seperti siang ini di –Ruang Musik- rumahnya.Keluarganya membuatkan ruang musik khusus untuk Justin.Ia memainkan piano dengan handal.Seseorang tak akan mengiranya dia buta karena keahliannya ini.Selain itu,suaranya yang merdu walau tanpa pernah sekalipun mengikuti Les Vokal membuat siapapun yang mendengar berdecak kagum padanya.
            “Justin..”Panggil seorang gadis cantik yang berdiri diambang pintu.Ia tersenyum melihat lelaki berambut blonde itu memainkan piano dengan sangat indah.Lelaki itu menoleh.Walaupun ia tak bisa melihat,Justin tau itu kekasihnya,Alyssa.Ia tersenyum.
            Alyssa menghampiri kekasihnya yang dengan refleks menggeser posisi duduknya.
            “Duduk disini,Al”Ucap Justin sambil menepuk bagian kiri kursi yang ia duduki sebelumnya.Alyssa menuruti ucapan kekasihnya dan duduk disatu kursi dengannya berdampingan.Alyssa menepis rambut-rambut nakal yang berjatuhan disekitar dahi Justin sambil tersenyum.
            “Aku ingin melihat wajah mu,Alyssa..”ucap Justin dengan suara yang pelan hingga terdengar seperti bisikan.Alyssa tertegun.Ia juga ingin melihat Justin bisa melihat dunia.Tapi ia tak tahu apa yang akan terjadi jika Justin melihatnya nanti.
            “Kau akan melihat ku Justin,percayalah”Kata Alyssa sambil menggenggam tangannya erat.Sangat erat seakan takut kehilanagnnya.Justin menarik tangan Alyssa dan menekankan jari-jari tangan kanan yang ia genggam ke bibirnya.Alyssa meneteskan air matanya,ia berusaha agar tak terisak.
            “Al,kau menangis?”Tanya Justin sambil menghentikan aktifitasnya.
            “Ah,tidak.Aku tidak menangis.Sok tahu Kau.”Dusta Ayssa.Justin menghela nafas berat sebelum akhirnya ia berkata,
            “Kau tak boleh menangis sampai aku bisa kembali melihat,okay?”Alyssa kembali terdiam.Organ disemua tubuhnya seakan berhenti berfungsi.
            Kau tak akan pernah melihat ku menangis,Jusin”Batin Alyssa.
            “Hey,Al.Janji?”Justin membuyarkan lamunan Alyssa.Ia mengerjapkan matanya berkali-kali.
            “Eh,umm..yeah.Aku Janji.”Ucap Alyssa sambil mengusap pipi kekasihnya dengan lembut.Justin memejamkan matanya menikmati setiap usapan dari Alyssa.Semua ini terasa indah,tapi keindahan tak selamanya abadi..
***
New York,
August,3rd 2012
            Seorang lelaki berambut coklat madu tengah duduk dikursi roda.Tangan kangannya menggenggam seorang wanita yang memiliki warna rambut sama dengannya.Kursi roda itu didorong oleh seorang suster berpakaian putih.Yap,hari ini Justin akan melakukan operasi mata.Sudah ada donor mata dari seseorang hari ini.
            “Dimana Alyssa,Lexa?”Tanya Justin pada wanita disampingnya,Alexa Bieber,kakak kandung Justin.Wajah Justin tampak pucat pasi.Alexa menghela nafas dan menjawab pertanyaan adiknya tadi,
            “Alyssa,umm dia akan kesini nanti.Dia ada kelas hari ini”Jelas jawaban Alexa bohong.Tapi Justin tidak mengetahuinya,ia mengangguk lemah.Entah mengapa perasaannya sangat takut.Bukan,bukan karena operasi ini tapi karena Alyssa yang tidak menghubungi Justin dari pagi.Bahkan memberikannya semangat pun tidak.Tapi semua ini Alyssa lakukan bukan tanpa alasan.Dan alasan itu akan Justin ketahui nantinya.
            “Kau siap Mr.Bieber?”Tanya seorang Dokter ketika Justin memasuki ruang operasi.Justin menatap langit-langit ruang operasi itu walaupun dalam pandangannya langit-langit itu gelap.Ia siap dioperasi,ia ingin bisa melihat lagi.Ia ingin bisa melihat Alyssa,kekasihnya yang dengan sabar dan ikhlas menjaganya.Kini saatnya Justin membalas semua kebaikan Alyssa padanya.Setelah ia bisa melihat,Justin berjanji akan menjaga Alyssa.
            Dokter menyuntikkan sesuatu ditangan Justin dan menit berikutnya ia sudah tidak sadarkan diri.
***
New York
August,4th 2012
            ‘Justin..Justin,wake up!”Terdengar seruan dan usapan lembut dikepala lelaki yang bernama Justin itu.Operasi sudah selesai 3 jam yang lalu,tapi Justin baru bisa sadar.Ia mencoba membuka matanya perlahan dan ia menghela nafas begitu tahu dunia masih gelap.
            Mungkin operasinya gagal..’Batinnya.
            “Justin?”Suara wanita yang sudah sangat Justin kenal terdengar disampingnya.Justin menajamkan telinganya mendengar panggilan itu.
            Mom?”Itu suara Pattie Mallete,ibu dari Justin.Pattie tampak terisak dan memeluk anak laki-lakinya yang sedang terbaring di kasur rumah sakit.
            Mom,operasi ku gagal ya?Aku masih tetap tidak bisa melihat.”Tanya Justin.Walau ia berusaha menyembunyikan ketakutan dan kengeriannya,tapi terdengar jelas Justin takut jika operasinya benar-benar gagal.
            “Tidak,bodoh!Kau masih diperban.Matamu masih ditutup perban.Besok kau baru boleh dibuka perbannya.”Pekik suara lain disamping kiri Justin.Alexa!
            “Alexa?”Tanya Justin.
            “Iya,ini aku.Kau berharap siapa eh?”Ucap Kakaknya.Sikap manis yang Alexa lakukan tadi saat mengantar Justin lenyap.Yang Justin harapkan hanya satu gadis,
            “Alyssa”Kata Justin.Suaranya hampir seperti bisikan.
            “Dimana Alyssa?Dia disini?”Tanya Justin panik.Ia sangat ingin bertemu Alyssa.Ruangan terasa hening.Pattie dan Alexa saling bertatapan.
            “Hei,kalian!Dimana Alyssa?”Tanya Justin lagi.Kali ini suaranya benar-benar terdengar marah.Pattie mengusap kepala anak lelakinya dengan lembut.Justin tampak semakin bingung.
            “Umm..Justin,Alyssa tadi kesini sebentar,tapi dia pergi lagi.Dia menitipkan surat pada Alexa dan akan diberikan jika kau sudah bisa melihat besok”Kata Pattie.Kali ini,jelas sekali Pattie berbohong.
            “Kau tau,aku merindukannya.Sudah 3 minggu sejak dia menemuiku.”Ucap Justin dengan nada yang kentara sekali,sangat sedih.Alyssa tak memberitahu kemana dia pergi,bahkan jika ia pergi,Ia pasti berpamitan pada Justin.Tapi sekarang tidak,ia entah kemana dan tak mengabari Justin.
            Biarlah,besok aku pasti akan bertemu dengannya’Bisik Justin pada dirinya sendiri.Tapi takdir Tuhan tak pernah ada yang tahu ...
***
            Pagi ini,matahari menyinari bumi dengan cahayanya yang teramat cerah.Mungkin ia ingin menunjukan cahaya pada lelaki yang sedang berada diruang rawat disebuah rumah sakit di New York.Lelaki itu –Justin Bieber- duduk dipinggir ranjang rumah sakit.Kakinya dibiarkan menggantung.Berdiri dihadapannya,Dokter yang kemarin menanganinya,Mom Pattie dan Alexa.
            “Kau siap Justin?Ini hari besar!”Ucap sang dokter diiringi tawa renyah darinya.Justin tersenyum dan mengangguk.Perlahan,dokter mulai membuka perban yang melilit sekitar matanya.
            “Pada hitungan ke tiga,buka matamu,okey?Perlahan,tak usah terburu-buru.”Perintah sang Dokter.Dan dokter itu memulai menghitung dan tepat saat hitungan ke tiga,Justin membuka matanya perlahan.
            “Justin?Kau bisa melihat?”Tanya Ibu Justin.Justin mengerjap-ngerjapkan matanya.Ia menghela nafas kecewa dan menunduk.Ibu Justin,Alexa dan Dokter saling bertukar pandang.Mereka tahu  satu hal,operasi ini gagal.
            “Alexa..”Panggil Justin.Ia mengangkat kepalanya dan menatap kakak perempuannya yang tampak sedih.
            “Kau ternyata tambah cantik ya?”Ucap Justin sambil tertawa.
            “Aku bisa melihat!Operasi ini sukses!”Teriak Justin.Terdengar dari nada suaranya ia sangat bahagia.Lompat dari tempat tidur dan memeluk Pattie.
            “Mom!Aku bisa melihat lagi!”Katanya memberitahu seolah Pattie tidak tahu kendatipun ia tahu.Pattie menangis senang karena anaknya kini bisa kembali melihat indahnya dunia.Justin melepaskan pelukannya.Matanya berkeliling ke seluruh ruangan ini.Ia mengernyitkan dahi ketika satu orang tidak ada disitu,satu orang yang mampu membuatnya bertahan,
            “Dimana Alyssa?”Tanya Justin.Tak satupun menjawab.Dokter,Pattie dan Alexa saling bertukar pandang dan samar-samar telihat mereka mengangguk.Lalu Justin bisa melihat Alexa merogoh saku celana jeans nya.Justin mengernyitkan dahi ketika Alexa menarik keluar sebuah amplop berwarna pink cerah.
            “Sudah kubilang,Alyssa tidak bisa datang dan kemarin dia menitipkan ini padaku”Kata Alexa ketika melihat tatapan bingung Justin menerima surat itu.Dibukanya perlahan amplop suratnya dan ia membaca kata demi kata yang tertulis dengan tulisan tangan yang indah disana.
Dear My Beloved Boyfriend,
            Justin,selamat!Kau bisa melihat lagi sekarang.Maaf aku tak ada disisi mu sejak awal operasi.Tapi ketahuilah,aku sedang ada urusan penting selama seminggu kedepan.Aku sebenarnya sangat ingin menjadi yang pertama kau lihat ketika kau membuka matamu,tapi mau bagaimana lagi.
            Aku mempunyai tantangan untukmu,aku tahu kau kuat.Kau tidak lemah jadi ikuti aturannya.
            Mudah,kau hanya jangan menghubungiku selama seminggu kedepan.Kau tak boleh memikirkan ku ataupun mengkhawatirkanku.Kau tak boleh datang kerumahku.Kecuali,minggu depan.Aku ingin bukti kau benar-benar tidak memikirkan ku dengan menciptakan sebuah lagu untuk ku.Nyanyikan didepan ku minggu depan.Aku mau jadi yang pertama mendengarnya.Datang kerumahku jam 8 pagi,minggu depan.Sebelum hari itu,kau tak boleh datang kerumahku.Mengerti?Aku tahu kau bisa.
            Love You,Justin ..

Your sweetheart,
Alyssa Wright.
            Justin membaca ulang surat itu.Lalu ia tersenyum.
            ‘Mudah.Aku pasti bisa.Lihat nanti Alyssa’Batinnya.Dan semua akan terungkap..
***
New York
August,11st 2012
            Seorang lelaki berusia 18 tahun tengah berjalan menuju rumah kekasihnya dengan kaos putih dan celana jeans hitam.Penampilannya tampak lebih cool dengan kacamata hitamnya.Senyuman dari bibirnya tak pernah lepas.Yap,Justin Bieber.Ia sudah menyelesaikan tantangan kekasihnya dan sekarang saatnya ia bernyanyi dengan lagu ciptaannya didepan kekasihnya.
            Langkah kakinya memasuki halaman rumah sang gadis.Ia mengetuk pintu rumah berwarna coklat.Tak berapa lama,seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah itu.Tanpa diduga wanita itu memeluk Justin dan menangis.
            “Ada apa Mrs.Wright?”Tanya Justin pada wanita yang tak lain adalah Ibu Alyssa.
            “Justin..Alyssa..”Ucap Mrs.Wright terbata-bata.Ia melepaskan pelukannya pada Justin.Airmatanya masih turun membasahi pipinya.Justin mengerutkan dahinya.
            “Alyssa kenapa?”tanya Justin panik.Wanita itu terus menangis.Ia pun berkata dengan susah payah,
            “Alyssa meninggal.Dia meninggal 3 minggu yang lalu,dan..dan dia menitipkan surat untukmu,nak”Mrs.Wright mengulurkan amplop yang sama seperti yang Alexa berikan dulu.Tapi rasanya membaca surat yang kali ini lebih sakit daripada yang sebelumnya.
Dear My Stronger boyfriend
            You got it,Justin!You did it!Kau bisa satu minggu tanpa berhubungan denganku.Sekarang,lakukan itu setiap hari selama sisa hidupmu.Jangan sedih Justin.Aku minta maaf tak memberitahumu tentang penyakit Leukimia yang kuidap.Aku hanya tak ingin keadaan mu meburuk karena memikirkanku.Tapi tenang,kita akan selalu bersama.Mataku kini ada dimatamu.Ya,donor mata itu,pendonornya itu aku.Jadi aku bersumpah akan membencimu jika mataku kau gunakan untuk menangisi ku.
            Dan bagaimana lagunya?Bernyanyilah didepan ku,didepan pemakaman ku di Pemakaman Calders.Aku ingin mendengar mu bernyanyi.
            Justin,kau tahu aku sangat mencintaimu.Dan itu tak akan berkurang apapun keadaan mu.
            Love You more than everything Justin :-)

Your Girlfriend
Alyssa Wright
            Seluruh tubuh Justin melemas.Lututnya bergetar hebat,matanya panas.Ia ingin menangis.Tapi Alyssa meminta agar Justin tidak menangis dengan menggunakan matanya.Tanpa berfikir duakali,Justin berlari menuju pemakaman yang Alyssa sebutkan.Ia mencari nama-nama dibatu nisan yang bernamakan Alyssa Wright,berharap tidak ada tapi langkahnya terhenti ketika melihat batu nisan dan masih banyak bunga disekitarnya bertuliskan
Rest In Place
Alyssa Wright
August,21st 2012
            Kali ini Justin tak bisa menopang tubuhnya.Ia berlutut dihadapan nisan itu.Ini lebih sakit daripada ia kehilangan penglihatannya selam satu tahun.Ini lebih sulit daripada apapun.
            “Alyssa,kenapa?kenapa kau pergi?kenapa kau tidak bercerita?aku tau aku tak bisa membantu mu,tapi setidaknya aku ingin meringankan bebanmu”Bisik Justin pada Nisan itu.Ia tahu tak akan pernah ada jawaban.Ia tahu semua ini terlambat.
            “Aku berjanji akan menjaga mata ini,aku berjanji tak akan menangisimu.Aku mencintaimu Alyssa”Lanjut Justin.Ia menyanyikan senandung indah dari mulutnya,lagu itu,lagu ciptakan.
Ooh, Ooh..

Across the ocean, across the sea
Startin' to forget the way you look at me now
Over the mountains, across the sky
Need to see your face and need to look in your eyes
Through the storm and, through the clouds
Bumps on the road and upside down now
I know it's hard baby, to sleep at night
Don't you worry

Cause Everything's gonna be alright, ai-ai-ai-aight
Be alright, ai-ai-ai-aight
Through the sorrow,
And the fights
Don't you worry,
Cause everything's gonna Be Alright,ai-ai-ai-aight
Be Alright,ai-ai-ai-aight..

            Justin bernyanyi sambil mengingat setiap detik yang ia lalui dulu dengan Alyssa.Walaupun dulu dunia terasa gelap bagi Justin,tapi Alyssa lah yang membuat Justin merasa dunia lebih berwarna.Tapi kini,walaupun ia bisa melihat jutaan warna,tapi tanpa Alyssa rasanya ia seperti buta,buta yang teramat sangat.Tapi ia bertekad untuk menjaga mata Alyssa,mata yang kini ia gunakan.

All alone, in my room
Waiting for your phone call to come soon
And for you, oh, I would walk a thousand miles
To be in your arms
Holding my heart

Oh I, Oh I...
I Love You
And Everything's gonna Be Alright, ai-ai-ai-aight
Be Alright, ai-ai-ai-aight

Through the long nights
And the bright lights
Dont you worry
Cause Everything's gonna Be Alright, ai-ai-ai-aight
Be Alright, ai-ai-ai-aight

You know that I care for you
I'll always be there for you
Promise I will stay right here, yeah
I know that you want me too
Baby we can make it through, anything
Cause everything's gonna Be Alright, ai-ai-ai-aight
Be Alright, ai-ai-ai-aight
Through the sorrow, and the fights
Dont you worry
Everything's gonna Be Alright, ai-ai-ai-aight
Be Alright, ai-ai-ai-aight

Through the sorrow, and the fights
Don't you worry
Everything's gonna Be Alright..
                                                                     **THE END**

thanks for coming guys <3

~Tia Liszawati xx