Senin, 16 Juli 2012

The Girl Who Loved With White Rose (JAITLIN Story)


Tittle : The Girl Who Loved With White Rose
Author : Tia Liszawati Halim
Genre : Sad?Romance?Idk :p lol
Please Don’t Copycats ! Thanks ^^
ENJOY!

California,June,12nd 2012
Langkah kaki ku terdengar disepanjang lorong Calfironia’s Hospital.Aku memegang erat bunga mawar merah digenggamanku yang sudah bersih dari duri dibagian tangkainya.Bunga mawar favorite kekasihku,Rose.Sesuai namanya,kekasihku itu memang suka sekali bunga mawar.Dan dia ada disini,dirumah sakit ini karena suatu penyakit.
            Morning,Rosie!”Sapaku ramah begitu membuka pintu kamar nomer 134 itu.Didalamnya terdapat gadis 19 tahun yang terbaring lemah di kasur rumah sakit dengan alat-alat kedokteran disekitar tubuhnya.Reaksinya masih sama,diam.
            “Aku membawakanmu mawar.Kupikir mawar yang kubawa tiga hari lalu sudah layu,jadi aku mengganti nya dengan yang baru.”Ucapku sambil membuang bunga mawar yang berada di sebuah vas disamping ranjangnya dan menggantinya dengan bunga yang kubawa.Aku duduk disamping Rose.Aku menggenggam tangannya.
            “Rose,sadarlah.Aku merindukanmu.”Bisikku.Aku terlihat gila.Aku berbicara sendiri tanpa ada balasan.Sudah 1 bulan dia tertidur.Dokter bilang penyakitnya parah dan hidupnya hanya tinggal 10 hari lagi,itupun dengan bantuan alat medis.Leukimia.Dan aku berjanji,aku akan menemaninya sampai maut menjemputnya.
            “Kurasa kau harus cepat sembuh,Rose.Mrs.Clader merindukanmu dikelas Musik.”Kataku berbicara seolah Rose akan membalasnya.Setengah jam berlalu.Aku terus berbicara dengannya,mengusap kepalanya seolah akan ada reaksinya.Namun nihil,Rose tetap tertidur.Terdengar suara pintu menjeblak terbuka.Aku melihat kearah pintu,ternyata Dokter dan Suster yang menangani Rose.
            Good Morning,Mr.Bieber.”Sapa sang dokter yang umurnya sudah 56 tahun.Aku tersenyum dan membalas sapaannya.
            Morning,Sir”Dr.Drake,dia sangat ramah.Dia yang memebriku semangat agar selalu menemani gadisku ini.
            “Bisa keluar sebentar?Aku harus memeriksa Rosie dulu.”Pintanya.Aku mengangguk dan berjalan menuju pintu.Aku membiarkan Dr.Drake memeriksa Rose dengan tenang.
            Aku berjalan-jalan keliling rumah sakit ini.Aku melihat seorang gadis seumuran dengan Rose duduk ditaman.Disampingnya seorang suster yang memegang mangkuk dan menyodorkan sendok berisi –sepertinya- bubur pada gadis itu.Namun gadis itu menolak.Aku melihat kejadian itu tanpa sang gadis ataupun sang suster sadar karena posisiku membelakangi mereka.Kurasa gadis itu sakit seperti Rose.Tapi dia lebih beruntung,dia masih sadar sampai detik ini.Tidak seperti Rose yang hidupnya tergantung pada alat detektor disamping ranjangnya.
            “Dia juga pasienku.Dan dia terkena Leukimia juga.”Aku terlonjak ketika seseorang menepuk pundakku.Ternyata Dr.Drake.Dia sudah selesai memeriksa Rose.Kini pandangan mataku dan Dr.Drake tertuju pada Gadis dan Suster disana.
            “Dia hanya tinggal 1 bulan lagi.Dia sudah disini sejak 3 minggu lalu.”Tambah Dr.Drake.
            “Dia tidak mau makan,Dok.”Kataku.Dr.Drake terkekeh.
            “Dia memang seperti itu semenjak pacarnya meninggalkannya karena penyakit itu.Dia tidak seberuntung Rose,Justin”Jelas Dr.Drake.Aku sedikit kaget mendengarnya.Lelaki macam apa yang berani meninggalkan kekasihnya justru dalam keadaan seperti ini?
            “Boleh aku mencoba membujuknya makan,Dok?”Aku merasa ingin membantunya.Aku merasa aku ingin memberikan semangat seperti pada Rose.Dr.Drake tersenyum dan mengangguk.Aku menghampiri Gadi dan suster itu.
            “Hey,Good Morning”Sapaku pada mereka.Gadis itu menoleh tapi dengan cepat ia kembali menatap kedepan.
            “Umm..namaku,Justin.Justin Bieber.”Kataku sambil mengulurkan tanganku pada Gadis itu.Sang Gadis tidak menoleh tapi berbicara dengan nada yang tak bisa diartikan maksudnya,
            “Masih ada orang yang mau berteman dengan gadis seperti ku yang penyakitan?”Aku terkekeh.
            Why Not?Kita kan bebas berteman dengan siapa saja.Kapan Mr.Obama membuat Undang-undang kalau berteman dengan orang sakit itu tidak boleh?”Kataku sedikit bercanda dan itu berhasil.Aku melihat sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman yang tak terlalu terlihat jelas.
            “Suster,biar aku yang ambil alih.Sebaiknya kau mengerjakan hal lain.Dan aku menjamin mangkuk ini habis.”Kataku pada Susternya sambil meminta mangkuk yang benar berisi bubur.Sang suster tertawa dan memberikan mangkuk itu padaku.Aku duduk disamping gadis tadi yang masih menatap kedepan.
            “Jadi,namamu siapa?”Tanyaku berusah membujuknya dengan basa-basi.Dia menoleh kearahku.
            “Untuk apa?Untuk apa kau tau namaku?”Tanyanya sinis.Aku terdiam.
            “Karena aku ingin berteman denganmu dan pertemanan dimulai dari saling tahu nama.”Jawabku.Angin berhembus seolah menyetujui ucapanku.Seolah angin mengizinkan ku menemani gadis ini juga seperti aku menemani Rose.
            “Baiklah,kau memaksa.”Katanya menyerah.Aku tersenyum puas.
            “Namaku Caitlin.Caitlin Beadles.Oke?”Tambahnya.Aku terkekeh.
            “Nah begitu.”Caitlin memutar bola matanya dengan malas.
            “Jadi,kenapa kau disini umm.. Justin?”Tanyanya sedikit tidak yakin dengan namaku.
            “Aku menemani kekasihku yang dirawat disini.”Jawabku.Aku memandang kedepan tapi aku tau bahwa Caitlin melirik ku.
            “Dia sakit?”Tanyanya lagi dengna hati-hati.Aku mengangguk.
            “Leukimia stadium akhir.”Aku menghela nafas.
            “Setidaknya dia lebih beruntung dari pada aku.”Bisik Caitlin.Aku menoleh.Astaga!Aku lupa kalau dia ditinggal oleh kekasihnya karena Leukimia.
            “Maaf.Aku tidak bermaksud...”
            “Kau tau semuanya dari Dr.Drake kan?”Caitlin menyela ucapanku dengan pertanyaannya.Aku mengangguk.Ia terkekeh.
            “Dr.Drake selalu seperti itu.Berharap semua orang mau dekat denganku.Memberiku semangat,mengasihaniku.Tapi aku tidak butuh seperti itu.Aku sudah terbiasa seperti ini”Katanya.Aku tau dia ingin menangis.Entah apa yang menahannya.Dia menghembuskan nafas berat.
            “Tapi nyatanya itu tidak akan terjadi.Tak ada yang mau berteman denaganku selain orang tuaku dan suster yang merawatku.Gadis mu beruntung mempunyai mu,Justin”Tambahnya.Aku diam dan membiarkan dia berbicara.Meluapkan semua emosinya pada seseorang.Dia butuh itu.
            “Dan kau juga punya aku sekarang.Kau sama beruntungnya seperti kekasihku,Rose”Bisikku pelan sambil menggenggam tangannya yang pucat.Dia menatapku.Airmatanya mulai berjatuhan tapi buru-buru ia usap dengan tangannya yang bebas.
            “Baiklah.So?Kau mau makan?”Tawarku sambil menangkat mangkuk berisi bubur dan menggoyakannya sedikit.Caitlin menggeleng.Aku berdecak dan kembali memaksanya.
            “Ayolah.Akan kubawakan kau bunga mawar besok”Caitlin membelalakkan matanya.
            “Kau tau dari mana aku suka mawar?”Pekiknya.Hah?dia juga suka mawar?Padahal aku hanya asal menebak.
            “Err...Rose juga suka mawar.Dia suka mawar Merah.”Jawabku.Dia mengangguk.
            “Tapi aku lebih suka mawar putih.”Katanya.Aku tersenyum.
            “Jadi,kau mau makan?Dan akan kubawakan kau bunga mawar putih besok.”Aku menyodorkan sendok berisi bubur pada mulut Caitlin.Tak kusangka,dia memakannya.Dia tidak menolaknya.Dia mau makan.
            Thanks,Justin”Katanya ketika satu mangkuk bubur habis.Aku mengerutkan dahiku.
            “Untuk apa?Aku yang harus nya berterima kasih.Kau sudah mau makan.”Kataku.Dia tersenyum.
            “Untuk itu,kau memberiku makan dan semangat.Kau mau menemaniku.”Aku tersenyum.
            “Besok kau janji akan membawakan bunga kan?”Tanyanya.Aku mengangguk.
            “Janji.Dan kita sekarang berteman ya?”Aku mengulurkan jari kelingkingku ke arahnya dan dia mengaitkan jari kelingkingnya di jari kelingkingku.
            “Berteman”Katanya.Dan disinilah semuanya berawal.Sekarang aku menyemangati dua gadis untuk bertahan,membuat hidup nya bahagia.Caitlin dan Rose.
                        ****************************************************
California,June,15th 2012
            Pagi ini aku mendengar kabar bahagia dari Dr.Drake.Ia bilang bahwa Rose sadar.Aku yang sedang mengobrol dengan Caitlin di taman segera berlari meninggalkannya dan menuju kamar Rose.Benar saja,ketika ku buka kamarnya,Rose sedang tersenyum padaku.Walau masih dengan alat bantu,tapi kini dia membuka matanya,tersenyum kearahku.
            Hi Justin”Sapanya.Aku masih berdiri diambang pintu.Rasanya aku ingin sekali menangis.Tapi kutahan,karena aku tahu dia tak ingin melihatku menangis.Aku berjalan kearahnya dan duduk di sampingnya.
            “Hi,Rosie.Lama tak melihat senyum mu.”Balasku membuatnya makin mengembangkan senyumnya.Sungguh,aku merindukan senyumannya,senyuman yang mungkin tak akan kulihat lagi.
                        *************************************************
            Kudorong perlahan pintu kamar pasien bernomer 188.Seorang gadis dengan rambut pirang kecoklatannya tengah duduk sambil membaca buku.Dia mengalihkan pandangannya pada ku yang tersenyum.Caitlin Beadles.
            “Hey.Maaf aku meninggalkan mu tadi.”Kataku berjalan kearahnya dan duduk disampingnya.Dia tersenyum.
            “Tak apa.Itu wajar.Dia kan kekasihmu.”Aku tersenyum mendengarnya.Walaupun sikapnya menyebalkan diawal,tapi dia ternyata dewasa dan menyikapi semuanya dengan positive.
            Aku melirik ke arah pojok ruangan yang terdapat sebuah gitar coklat.
            “hmm..Cait,itu gitar siapa?”Tanyaku pada Caitlin yang kembali membaca bukunya.Caitlin melihat kearah gitar itu dan menjawabnya,
            “Ooh,itu gitar milikku,hadiah dari ayah dan ibuku.”Aku mengangguk anggukan kepalaku,tanda bahwa aku mengerti.Dan ketika aku baru mengingat satu hal,aku menepuk dahiku pelan,
            “God!Hampir saja aku lupa.Rose ingin bertemu dengan mu,Cait.”Kataku pada Caitlin.Aku yakin dia terkejut.
            “WHAT?!!Dari mana dia tau aku ?”Tanyanya shock.Aku memutar bola mataku.
            “Dari aku tentu saja.Kau mau kan?Ayolah..”Pintaku memohon.Dia menggeleng.
            “Tidak,nanti aku..aku disangka yang macam-macam selama dia koma.”Katanya.Aku tertawa mendengarnya.
            “Rosie bukan tipe perempuan yang seperti itu.Dia baik,percayalah”Kataku meyakinkannya.Perlu beberapa kali membujuk Caitlin yang akhirnya menyetujui ikut dengan ku bertemu Rosie.
            ***********************************************************
            “Jadi,kau Caitlin ya?”Tanya Rose ketika kami –aku dan Caitlin- tiba diruangannya.Caitlin mengangguk gugup.
            “Hahaha..Tak apa Caitlin,aku tidak keberatan Justin dekat denganmu karena nanti jika aku pergi terlebih dahulu,kau bisa menemani Justin dan begitupun sebaliknya”Ucap Rose.Tanpa diduga Rose memegang tanganku dan Tangan Caitlin lalu menyatukannya.
            “Aku ingin Caitlin merasakan kebahagiaan seperti yang aku rasakan selama ini karena disampingmu,Justin”Ucap Rose pada ku dan Caitlin.
            “Kau bicara apa Rosie?Jangan berbicara seperti itu.Aku yakin kau bisa bertahan!”Kataku memberinya semangat.Rose tersenyum lemah.Entahlah,aku hanya merasa dokter salah.Dokter salah memprediksi dia akan meninggal beberapa hari lagi.
            “Berjanjilah kau akan membuat nya bahagia selama sisa hidupnya,Justin”Kata Rose saat hari sudah menjelang sore.Caitlin sudah kembali keruangannya dan aku sekarang dengan Rose di ruangan Rose.Aku mengangguk.
            i Promise”Kataku berjanji.Aku akan membuat sisa hidup Rose dan Caitlin menyenangkan.Aku hanya ingin mereka meninggalkan dunia ini dengan damai dan bahagia.
            ***********************************************************
California,June,18th 2012
            Angin bertiup lembut,dedaunan berjatuhan dari pohonnya,suasana haru masih menyelimuti pemakaman ini.Ya,dugaan dokter salah.Rose pergi lebih cepat dari dugaan mereka.Mungkin dia sudah cukup bahagia didunia.Ku bawakan dua ikat mawar merah.Satu ikat dariku dan satu ikat dari Caitlin.Dia memaksa ingin datang tapi pihak rumah sakit tidak mengizinkannya.Dia terlihat memburuk.Dia pingsan dan belum sadar sampai saat ini.
            “Aku berjanji akan membuat Caitlin bahagia seperti aku membuat mu bahagia Rose.I love You ...”Kataku sambil mencium nisannya dan pergi kembali kerumah sakit.Ternyata Caitlin sudah sadar.Dia terduduk ditaman.Sebelum kuhampiri dia,aku mengambil gitar yang pernah kulihat di kamarnya.
I've been alone so many nights now
And I've been waiting for the stars to fall
I keep holding out, for what, I don't know
To be with you, just to be with you
Caitlin menoleh kearahku yang sedang bermain gitar sambil bernyanyi.Wajahnya tampak lebih pucat dari sebelumnya.Aku berjalan kearahnya dan duduk disampingnya.Kurasa jam 10.00 am adalah waktu yang menyenangkan untuk duduk di sini selain senja hari.Aku benar-benar takut sekarang.Takut jika aku harus kehilangannya ...
So here I am, staring at the moon tonight
Wondering how you look in this light
Maybe you're somewhere thinking about me too
To be with you, there's nothing I wouldn't do
Dia terlihat tersenyum.Aku tidak pernah melihat senyuman seperti ini darinya.Senyuman seolah menyiratkan dia sudah tidak kuat.Sudah dekat waktunya.Aku tidak mau.Dokter bilang dia masih ada beberapa minggu lagi disini.Aku ingin minggu-minggu terakhirnya berkesan.Sayangnya aku tidak boleh membawanya keluar rumah sakit.

And I can't imagine two worlds spinning apart
Come together eventually...
Dia bernyanyi dan aku tak menyangka suaranya sangat bagus.Bahkan angin berhenti berhembus ketika dia bernyanyi.Seperti Rose.Aku merindukannya,Rosie ...
And when we finally meet, I'll know it's right
I'll be at the end of my restless road
But this journey, it was worth the fight
To be with you
Just to be holding you for the very first time
Never letting go
What I wouldn't give to feel that way
Oh, to be with you
And I can't imagine two worlds spinning apart
Come together eventually

And when you're standing here in front of me
That's when I know that God does exist
'Cause He will have answered every single prayer
To be with you, just to be with you, yeah
You, ooh
            “Suaramu sangat bagus,Caitlin!Kau tak pernah memberitahuku.”Kataku ketika aku selesai bermain gitar.Dia tertawa.
            “kupikir tidak.Suaramu juga bagus.Dan kau sangat handal dalam bermain gitar.”Pujinya.Aku tersenyum.
            “Justin ...”Bisiknya memecahkan keheningan yang terjadi diantara kami.Aku menoleh.
            “Ya?”
            Caitlin menghela nafas sebelum akhirnya berbicara,
            “Terima kasih,Justin.Kau membuat hari ku lebih baik dari sebelumnya.Aku tak tau harus membalas mu dengan apa.”Aku terdiam,mungkin ada kata-kata selanjutnya.Tapi tak ada.Kami terdiam lagi.
            “Kau jangan berbicara seperti itu.”Kataku.Aku sekarang benar-benar takut kehilangannya.
            “Kau takkan pergi kan Justin?”Tanyanya.
            “Tidak akan.Aku akan tetap disampingmu.Kapanpun kau mau.Dan kau juga takkan meninggalkan ku,kan?”Kataku.Aku memeluk tubuh Caitlin.Aku benar-benar takut kehilangannya sekarang.Aku lebih takut kehilangannya dibanding kehilangan Rose.
            “Tak akan,aku janji”Katanya pelan
            “Thanks Justin,thanks for everything”Ucap Caitlin dalam pelukanku.Aku merasakan angin kembali berhembus.
            *************************************************************
California,June 19th 2012
Aku bulak-balik didepan ruang ICU pagi ini.Caitlin semalam mengalami penurunan.Sangat drastis.Ia kritis dan dibawa ke ICU.Ibunya dan ayahnya dudukdi tempat yang disediakan.Aku nyaris mati mendengarnya kritis.Tuhan,selamatkan nyawanya.Biarkan dia hidup sebentar lagi saja.
            Dr.Drake keluar dari ruangan dengan suster yang mengikutinya dari belakang.Ayah dan Ibu Caitlin langsung berdiri dan aku langsung bertanya padanya.
            “Bagaimana keadaan nya dok?”Tanyaku panik sambil mengguncang bahunya karena dia tidak menjawab melainkan menghela nafas.Ada apa ini?
            “Justin,tenanglah.Kuatkan dirimu”Kata Mr.Beadles.Aku menarik nafas dan menahan emosiku.Dokter mulai bicara.
            “Justin,Mr.Beadles dan Mrs.Beadles saya minta maaf.Kami sudah melakukan yang terbaik tapi Tuhan berkehendak lain padanya.Caitlin,dia tidak selamat”Jeritan.Yang kudengar adalah lengkingan suara jeritan dan tangisan.Mrs.Beadles menangis didalam pelukan Mr.Beadles.Aku masih diam.Ini tak mungkin.Dia kemarin baru saja bermain denganku.Dia tak akan meninggalkanku.Dia berjanji.
            “Boleh saya masuk?”Pintaku pada Dr.Drake.
            “Tentu.Dia berpesan sebelum pergi padaku,Justin.Gitar yang ada diruang inapnya adalah milikmu sekarang.Dia juga menyuruhmu melihat isi bantal dikamar inapnya.”Kata Dokter tua itu.Aku mengangguk tak peduli.Aku segera masuk keruangan ICU dan mendapati tubuh Caitlin tanpa satu alat medis pun ditubuhnya yang pucat,sangat pucat.
            “Caitlin...”Bisikku lirih.Airmataku mulai berjatuhan memandangi wajahnya yang tersenyum namun terlihat sangat Pucat.
            “Kau bilang takkan meninggalkan ku,tapi apa?Kau bohong.”Lanjutku.Caitlin masih diam.Aku meraih tangannya dan mengecup sebentar.       
            “Justin..”Suara Dr.Drake memanggilku.Aku menoleh kearahnya.
            “Dia harus di makamkan sekarang.”Lanjut sang Dokter yang menangani dua gadis yang terpenting dalam hidupku.
            “Kau tak boleh sedih berlarut-larut Justin.Caitlin bilang padaku jika dia pergi,dia tak ingin melihat siapapun yang dia sayangi menangis,terutama Kau.”Dr.Drake menepuk pundakku untuk menguatkanku.Aku mengangguk.Ia benar.Caitlin pasti tak ingin melihatku menangisinya.Dia cukup bahagia selama didunia ini.Setidaknya di hari-hari terakhirnya.
            *************************************************************
            Aku berjalan melewati lorong rumah sakit dengan pakaian serba hitam dan kacamata hitam.Hari ini,saat senja hari,Caitlin akan dimakamkan.Mr dan Mrs Beadles bilang itu yang Caitlin inginkan jika dia meninggal.Senja,saat aku dan Caitlin menghabiskan waktu bersama sampai senja terakhir kami.
            Aku berhenti didepan kamar Caitlin,kamar perawatannya dulu.Aroma bunga mawar tercium.Aku jadi ingat dia suka mawar putih.Aku membuka pintu kamarnya.Masih sama seperti biasanya dan ada gitar pojokan ruangan.Tunggu,
“Dia berpesan sebelum pergi padaku,Justin.Gitar yang ada diruang inapnya adalah milikmu sekarang.Dia juga menyuruhmu melihat isi bantal dikamar inapnya.”
Aku mengingat pesan Caitlin pada Dr.Drake.Aku mendekati bantal di kasur yang dulu Caitlin tempati.Aku merogoh isi bantal dibalik kain yang menutupinya.Tunggu.Tanganku menyentuh sesuatu.Ku tarik benda itu dan ternyata...Buku Diary?
Aku yakin ini milik Caitlin.Aku membuka satu per satu halamannya.Dari situ aku tahu kalau Caitlin sudah menyukai ku sebelum aku menemuinya di Taman saat ia tak mau makan pagi itu.
“aku melihatnya lagi pagi ini,membawa mawar merah dan berjalan keruangan nomor 134.Ruangan yang terdapat seorang gadis didalamnya.Aku kira dia menyukai gadis itu.Aku kesal!Aku menyukainya tapi dia sudah dimiliki orang lain.” Tulis Caitlin.Disitu dia belum tahu bahwa Rose mengidap penyakit yang sama sepertinya.Ia tak mau makan pagi itu karena aku.Aku tau semuanya sekarang.Ia takut bertemu Rose hari itu karena dia pernah mempunyai prasangka buruk pada Rose.Saat aku membalik halaman terakhir,ternyata itu surat.Surat untuk ku yang dirulisnya sepulang dari taman dengan ku kemarin.
“Justin,jika kau membaca ini,mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini.Tapi ketahuilah,jika kau selalu mengingatku maka aku akan tetap hidup dihatimu.Aku mau mengucapkan terima kasih banyak padamu,Justin.Kau memberikanku semangat.Kau mau menjadi temanku disaat semua orang meninggalkanku.Aku tak bisa membalasnya Justin.Hanya gitar yang bisa kuberikan.Aku ingin mendengarmu bermain gitar untuk orang-orang seperti ku,orangorang yang membutuhkan semangat hidup,orang-orang yang membutuhkan teman dan kedamaian.Suaramu membuat damai,Justin.Kau sangat baik.Kau rela membagi waktumu dengan ku dan Rose.Betapa beruntungnya Rose bisa menjadi kekasihmu.Kau juga mungkin sudah tau perasaanku padamu.Dan yah,aku tak bisa menjadi seberuntung Rose.Tapi,kau yang selalu menemaniku pun itu sudah lebih dari cukup.Thanks for everything,Justin.And i love you.Berjanjilah jangan menangis jika aku sudah tak ada..”
            ***********************************************************
Aku berdiri di pemakamannya.Hari sudah hampir gelap dan semua orang juga sudah pulang.Caitlin dimakamkan disebelah Rose.Aku menatap kedua nisan itu.
            “Aku senang telah membuat kalian merasa bahagia di dunia.Aku berjanji aku tak akan sedih.Aku berjanji pada kalian berdua.Kalian tak akan pernah kulupakan”Aku menaruh mawar merah di nisan Rose dan mawar putih dinisan Caitlin sebelum akhirnya aku berjalan pergi meninggalkan pemakaman.Aku tak akan melupakan kalian berdua,Rose dan Caitlin.Terutama kau,Caitlin Beadles,The Girl Who Loved White Rose...

0 komentar:

Posting Komentar