Tittle : The Girl Who Loved With
White Rose
Author : Tia Liszawati Halim
Genre : Sad?Romance?Idk :p lol
Please Don’t Copycats ! Thanks ^^
ENJOY!
California,June,12nd 2012
Langkah
kaki ku terdengar disepanjang lorong Calfironia’s Hospital.Aku memegang erat
bunga mawar merah digenggamanku yang sudah bersih dari duri dibagian
tangkainya.Bunga mawar favorite kekasihku,Rose.Sesuai namanya,kekasihku itu
memang suka sekali bunga mawar.Dan dia ada disini,dirumah sakit ini karena
suatu penyakit.
“Morning,Rosie!”Sapaku
ramah begitu membuka pintu kamar nomer 134 itu.Didalamnya terdapat gadis 19
tahun yang terbaring lemah di kasur rumah sakit dengan alat-alat kedokteran
disekitar tubuhnya.Reaksinya masih sama,diam.
“Aku membawakanmu mawar.Kupikir
mawar yang kubawa tiga hari lalu sudah layu,jadi aku mengganti nya dengan yang
baru.”Ucapku sambil membuang bunga mawar yang berada di sebuah vas disamping
ranjangnya dan menggantinya dengan bunga yang kubawa.Aku duduk disamping
Rose.Aku menggenggam tangannya.
“Rose,sadarlah.Aku
merindukanmu.”Bisikku.Aku terlihat gila.Aku berbicara sendiri tanpa ada
balasan.Sudah 1 bulan dia tertidur.Dokter bilang penyakitnya parah dan hidupnya
hanya tinggal 10 hari lagi,itupun dengan bantuan alat medis.Leukimia.Dan aku
berjanji,aku akan menemaninya sampai maut menjemputnya.
“Kurasa kau harus cepat
sembuh,Rose.Mrs.Clader merindukanmu dikelas Musik.”Kataku berbicara seolah Rose
akan membalasnya.Setengah jam berlalu.Aku terus berbicara dengannya,mengusap
kepalanya seolah akan ada reaksinya.Namun nihil,Rose tetap tertidur.Terdengar
suara pintu menjeblak terbuka.Aku melihat kearah pintu,ternyata Dokter dan
Suster yang menangani Rose.
“Good
Morning,Mr.Bieber.”Sapa sang dokter yang umurnya sudah 56 tahun.Aku
tersenyum dan membalas sapaannya.
“Morning,Sir”Dr.Drake,dia
sangat ramah.Dia yang memebriku semangat agar selalu menemani gadisku ini.
“Bisa keluar sebentar?Aku harus
memeriksa Rosie dulu.”Pintanya.Aku mengangguk dan berjalan menuju pintu.Aku
membiarkan Dr.Drake memeriksa Rose dengan tenang.
Aku berjalan-jalan keliling rumah
sakit ini.Aku melihat seorang gadis seumuran dengan Rose duduk
ditaman.Disampingnya seorang suster yang memegang mangkuk dan menyodorkan
sendok berisi –sepertinya- bubur pada gadis itu.Namun gadis itu menolak.Aku
melihat kejadian itu tanpa sang gadis ataupun sang suster sadar karena posisiku
membelakangi mereka.Kurasa gadis itu sakit seperti Rose.Tapi dia lebih beruntung,dia
masih sadar sampai detik ini.Tidak seperti Rose yang hidupnya tergantung pada
alat detektor disamping ranjangnya.
“Dia juga pasienku.Dan dia terkena
Leukimia juga.”Aku terlonjak ketika seseorang menepuk pundakku.Ternyata
Dr.Drake.Dia sudah selesai memeriksa Rose.Kini pandangan mataku dan Dr.Drake
tertuju pada Gadis dan Suster disana.
“Dia hanya tinggal 1 bulan lagi.Dia
sudah disini sejak 3 minggu lalu.”Tambah Dr.Drake.
“Dia tidak mau
makan,Dok.”Kataku.Dr.Drake terkekeh.
“Dia memang seperti itu semenjak
pacarnya meninggalkannya karena penyakit itu.Dia tidak seberuntung
Rose,Justin”Jelas Dr.Drake.Aku sedikit kaget mendengarnya.Lelaki macam apa yang
berani meninggalkan kekasihnya justru dalam keadaan seperti ini?
“Boleh aku mencoba membujuknya makan,Dok?”Aku
merasa ingin membantunya.Aku merasa aku ingin memberikan semangat seperti pada
Rose.Dr.Drake tersenyum dan mengangguk.Aku menghampiri Gadi dan suster itu.
“Hey,Good Morning”Sapaku pada mereka.Gadis itu menoleh tapi dengan cepat
ia kembali menatap kedepan.
“Umm..namaku,Justin.Justin
Bieber.”Kataku sambil mengulurkan tanganku pada Gadis itu.Sang Gadis tidak
menoleh tapi berbicara dengan nada yang tak bisa diartikan maksudnya,
“Masih ada orang yang mau berteman
dengan gadis seperti ku yang penyakitan?”Aku terkekeh.
“Why
Not?Kita kan bebas berteman dengan siapa saja.Kapan Mr.Obama membuat
Undang-undang kalau berteman dengan orang sakit itu tidak boleh?”Kataku sedikit
bercanda dan itu berhasil.Aku melihat sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman
yang tak terlalu terlihat jelas.
“Suster,biar aku yang ambil
alih.Sebaiknya kau mengerjakan hal lain.Dan aku menjamin mangkuk ini
habis.”Kataku pada Susternya sambil meminta mangkuk yang benar berisi
bubur.Sang suster tertawa dan memberikan mangkuk itu padaku.Aku duduk disamping
gadis tadi yang masih menatap kedepan.
“Jadi,namamu siapa?”Tanyaku berusah
membujuknya dengan basa-basi.Dia menoleh kearahku.
“Untuk apa?Untuk apa kau tau
namaku?”Tanyanya sinis.Aku terdiam.
“Karena aku ingin berteman denganmu
dan pertemanan dimulai dari saling tahu nama.”Jawabku.Angin berhembus seolah
menyetujui ucapanku.Seolah angin mengizinkan ku menemani gadis ini juga seperti
aku menemani Rose.
“Baiklah,kau memaksa.”Katanya
menyerah.Aku tersenyum puas.
“Namaku Caitlin.Caitlin
Beadles.Oke?”Tambahnya.Aku terkekeh.
“Nah begitu.”Caitlin memutar bola
matanya dengan malas.
“Jadi,kenapa kau disini umm..
Justin?”Tanyanya sedikit tidak yakin dengan namaku.
“Aku menemani kekasihku yang dirawat
disini.”Jawabku.Aku memandang kedepan tapi aku tau bahwa Caitlin melirik ku.
“Dia sakit?”Tanyanya lagi dengna
hati-hati.Aku mengangguk.
“Leukimia stadium akhir.”Aku
menghela nafas.
“Setidaknya dia lebih beruntung dari
pada aku.”Bisik Caitlin.Aku menoleh.Astaga!Aku lupa kalau dia ditinggal oleh
kekasihnya karena Leukimia.
“Maaf.Aku tidak bermaksud...”
“Kau tau semuanya dari Dr.Drake
kan?”Caitlin menyela ucapanku dengan pertanyaannya.Aku mengangguk.Ia terkekeh.
“Dr.Drake selalu seperti
itu.Berharap semua orang mau dekat denganku.Memberiku
semangat,mengasihaniku.Tapi aku tidak butuh seperti itu.Aku sudah terbiasa
seperti ini”Katanya.Aku tau dia ingin menangis.Entah apa yang menahannya.Dia
menghembuskan nafas berat.
“Tapi nyatanya itu tidak akan
terjadi.Tak ada yang mau berteman denaganku selain orang tuaku dan suster yang
merawatku.Gadis mu beruntung mempunyai mu,Justin”Tambahnya.Aku diam dan
membiarkan dia berbicara.Meluapkan semua emosinya pada seseorang.Dia butuh itu.
“Dan kau juga punya aku sekarang.Kau
sama beruntungnya seperti kekasihku,Rose”Bisikku pelan sambil menggenggam
tangannya yang pucat.Dia menatapku.Airmatanya mulai berjatuhan tapi buru-buru
ia usap dengan tangannya yang bebas.
“Baiklah.So?Kau mau makan?”Tawarku
sambil menangkat mangkuk berisi bubur dan menggoyakannya sedikit.Caitlin
menggeleng.Aku berdecak dan kembali memaksanya.
“Ayolah.Akan kubawakan kau bunga
mawar besok”Caitlin membelalakkan matanya.
“Kau tau dari mana aku suka
mawar?”Pekiknya.Hah?dia juga suka mawar?Padahal aku hanya asal menebak.
“Err...Rose juga suka mawar.Dia suka
mawar Merah.”Jawabku.Dia mengangguk.
“Tapi aku lebih suka mawar
putih.”Katanya.Aku tersenyum.
“Jadi,kau mau makan?Dan akan
kubawakan kau bunga mawar putih besok.”Aku menyodorkan sendok berisi bubur pada
mulut Caitlin.Tak kusangka,dia memakannya.Dia tidak menolaknya.Dia mau makan.
“Thanks,Justin”Katanya
ketika satu mangkuk bubur habis.Aku mengerutkan dahiku.
“Untuk apa?Aku yang harus nya
berterima kasih.Kau sudah mau makan.”Kataku.Dia tersenyum.
“Untuk itu,kau memberiku makan dan
semangat.Kau mau menemaniku.”Aku tersenyum.
“Besok kau janji akan membawakan
bunga kan?”Tanyanya.Aku mengangguk.
“Janji.Dan kita sekarang berteman
ya?”Aku mengulurkan jari kelingkingku ke arahnya dan dia mengaitkan jari
kelingkingnya di jari kelingkingku.
“Berteman”Katanya.Dan disinilah
semuanya berawal.Sekarang aku menyemangati dua gadis untuk bertahan,membuat
hidup nya bahagia.Caitlin dan Rose.
****************************************************
California,June,15th 2012
Pagi ini aku mendengar kabar bahagia
dari Dr.Drake.Ia bilang bahwa Rose sadar.Aku yang sedang mengobrol dengan
Caitlin di taman segera berlari meninggalkannya dan menuju kamar Rose.Benar
saja,ketika ku buka kamarnya,Rose sedang tersenyum padaku.Walau masih dengan
alat bantu,tapi kini dia membuka matanya,tersenyum kearahku.
“Hi
Justin”Sapanya.Aku masih berdiri diambang pintu.Rasanya aku ingin sekali
menangis.Tapi kutahan,karena aku tahu dia tak ingin melihatku menangis.Aku
berjalan kearahnya dan duduk di sampingnya.
“Hi,Rosie.Lama tak melihat senyum
mu.”Balasku membuatnya makin mengembangkan senyumnya.Sungguh,aku merindukan
senyumannya,senyuman yang mungkin tak akan kulihat lagi.
*************************************************
Kudorong perlahan pintu kamar pasien
bernomer 188.Seorang gadis dengan rambut pirang kecoklatannya tengah duduk
sambil membaca buku.Dia mengalihkan pandangannya pada ku yang tersenyum.Caitlin
Beadles.
“Hey.Maaf aku meninggalkan mu
tadi.”Kataku berjalan kearahnya dan duduk disampingnya.Dia tersenyum.
“Tak apa.Itu wajar.Dia kan
kekasihmu.”Aku tersenyum mendengarnya.Walaupun sikapnya menyebalkan diawal,tapi
dia ternyata dewasa dan menyikapi semuanya dengan positive.
Aku melirik ke arah pojok ruangan
yang terdapat sebuah gitar coklat.
“hmm..Cait,itu gitar siapa?”Tanyaku
pada Caitlin yang kembali membaca bukunya.Caitlin melihat kearah gitar itu dan
menjawabnya,
“Ooh,itu gitar milikku,hadiah dari
ayah dan ibuku.”Aku mengangguk anggukan kepalaku,tanda bahwa aku mengerti.Dan
ketika aku baru mengingat satu hal,aku menepuk dahiku pelan,
“God!Hampir saja aku lupa.Rose ingin
bertemu dengan mu,Cait.”Kataku pada Caitlin.Aku yakin dia terkejut.
“WHAT?!!Dari mana dia tau aku
?”Tanyanya shock.Aku memutar bola mataku.
“Dari aku tentu saja.Kau mau
kan?Ayolah..”Pintaku memohon.Dia menggeleng.
“Tidak,nanti aku..aku disangka yang
macam-macam selama dia koma.”Katanya.Aku tertawa mendengarnya.
“Rosie bukan tipe perempuan yang
seperti itu.Dia baik,percayalah”Kataku meyakinkannya.Perlu beberapa kali
membujuk Caitlin yang akhirnya menyetujui ikut dengan ku bertemu Rosie.
***********************************************************
“Jadi,kau Caitlin ya?”Tanya Rose
ketika kami –aku dan Caitlin- tiba diruangannya.Caitlin mengangguk gugup.
“Hahaha..Tak apa Caitlin,aku tidak keberatan
Justin dekat denganmu karena nanti jika aku pergi terlebih dahulu,kau bisa
menemani Justin dan begitupun sebaliknya”Ucap Rose.Tanpa diduga Rose memegang
tanganku dan Tangan Caitlin lalu menyatukannya.
“Aku ingin Caitlin merasakan
kebahagiaan seperti yang aku rasakan selama ini karena disampingmu,Justin”Ucap
Rose pada ku dan Caitlin.
“Kau bicara apa Rosie?Jangan
berbicara seperti itu.Aku yakin kau bisa bertahan!”Kataku memberinya
semangat.Rose tersenyum lemah.Entahlah,aku hanya merasa dokter salah.Dokter
salah memprediksi dia akan meninggal beberapa hari lagi.
“Berjanjilah kau akan membuat nya
bahagia selama sisa hidupnya,Justin”Kata Rose saat hari sudah menjelang
sore.Caitlin sudah kembali keruangannya dan aku sekarang dengan Rose di ruangan
Rose.Aku mengangguk.
“i
Promise”Kataku berjanji.Aku akan membuat sisa hidup Rose dan Caitlin
menyenangkan.Aku hanya ingin mereka meninggalkan dunia ini dengan damai dan
bahagia.
***********************************************************
California,June,18th 2012
Angin bertiup lembut,dedaunan
berjatuhan dari pohonnya,suasana haru masih menyelimuti pemakaman ini.Ya,dugaan
dokter salah.Rose pergi lebih cepat dari dugaan mereka.Mungkin dia sudah cukup
bahagia didunia.Ku bawakan dua ikat mawar merah.Satu ikat dariku dan satu ikat
dari Caitlin.Dia memaksa ingin datang tapi pihak rumah sakit tidak
mengizinkannya.Dia terlihat memburuk.Dia pingsan dan belum sadar sampai saat
ini.
“Aku berjanji akan membuat Caitlin
bahagia seperti aku membuat mu bahagia Rose.I love You ...”Kataku sambil
mencium nisannya dan pergi kembali kerumah sakit.Ternyata Caitlin sudah
sadar.Dia terduduk ditaman.Sebelum kuhampiri dia,aku mengambil gitar yang
pernah kulihat di kamarnya.
I've been alone so many nights now
And I've been waiting for the stars to fall
I keep holding out, for what, I don't know
To be with you, just to be with you
And I've been waiting for the stars to fall
I keep holding out, for what, I don't know
To be with you, just to be with you
Caitlin
menoleh kearahku yang sedang bermain gitar sambil bernyanyi.Wajahnya tampak
lebih pucat dari sebelumnya.Aku berjalan kearahnya dan duduk disampingnya.Kurasa
jam 10.00 am adalah waktu yang menyenangkan untuk duduk di sini selain senja
hari.Aku benar-benar takut sekarang.Takut jika aku harus kehilangannya ...
So here I am, staring at the moon
tonight
Wondering how you look in this light
Maybe you're somewhere thinking about me too
To be with you, there's nothing I wouldn't do
Dia terlihat tersenyum.Aku tidak pernah melihat senyuman seperti ini darinya.Senyuman seolah menyiratkan dia sudah tidak kuat.Sudah dekat waktunya.Aku tidak mau.Dokter bilang dia masih ada beberapa minggu lagi disini.Aku ingin minggu-minggu terakhirnya berkesan.Sayangnya aku tidak boleh membawanya keluar rumah sakit.
Wondering how you look in this light
Maybe you're somewhere thinking about me too
To be with you, there's nothing I wouldn't do
Dia terlihat tersenyum.Aku tidak pernah melihat senyuman seperti ini darinya.Senyuman seolah menyiratkan dia sudah tidak kuat.Sudah dekat waktunya.Aku tidak mau.Dokter bilang dia masih ada beberapa minggu lagi disini.Aku ingin minggu-minggu terakhirnya berkesan.Sayangnya aku tidak boleh membawanya keluar rumah sakit.
And I can't imagine two worlds spinning apart
Come together eventually...
Dia
bernyanyi dan aku tak menyangka suaranya sangat bagus.Bahkan angin berhenti
berhembus ketika dia bernyanyi.Seperti Rose.Aku merindukannya,Rosie ...
And when we finally meet, I'll know
it's right
I'll be at the end of my restless road
I'll be at the end of my restless road
But this journey, it was worth the
fight
To be with you
To be with you
Just to be holding you for the very
first time
Never letting go
What I wouldn't give to feel that way
Never letting go
What I wouldn't give to feel that way
Oh, to be with you
And I can't imagine two worlds spinning apart
Come together eventually
And when you're standing here in front of me
That's when I know that God does exist
'Cause He will have answered every single prayer
To be with you, just to be with you, yeah
You, ooh
And I can't imagine two worlds spinning apart
Come together eventually
And when you're standing here in front of me
That's when I know that God does exist
'Cause He will have answered every single prayer
To be with you, just to be with you, yeah
You, ooh
“Suaramu sangat bagus,Caitlin!Kau
tak pernah memberitahuku.”Kataku ketika aku selesai bermain gitar.Dia tertawa.
“kupikir tidak.Suaramu juga
bagus.Dan kau sangat handal dalam bermain gitar.”Pujinya.Aku tersenyum.
“Justin ...”Bisiknya memecahkan
keheningan yang terjadi diantara kami.Aku menoleh.
“Ya?”
Caitlin menghela nafas sebelum
akhirnya berbicara,
“Terima kasih,Justin.Kau membuat
hari ku lebih baik dari sebelumnya.Aku tak tau harus membalas mu dengan
apa.”Aku terdiam,mungkin ada kata-kata selanjutnya.Tapi tak ada.Kami terdiam
lagi.
“Kau jangan berbicara seperti
itu.”Kataku.Aku sekarang benar-benar takut kehilangannya.
“Kau takkan pergi kan
Justin?”Tanyanya.
“Tidak akan.Aku akan tetap
disampingmu.Kapanpun kau mau.Dan kau juga takkan meninggalkan ku,kan?”Kataku.Aku
memeluk tubuh Caitlin.Aku benar-benar takut kehilangannya sekarang.Aku lebih
takut kehilangannya dibanding kehilangan Rose.
“Tak akan,aku janji”Katanya pelan
“Thanks Justin,thanks for
everything”Ucap Caitlin dalam pelukanku.Aku merasakan angin kembali berhembus.
*************************************************************
California,June 19th 2012
Aku
bulak-balik didepan ruang ICU pagi ini.Caitlin semalam mengalami
penurunan.Sangat drastis.Ia kritis dan dibawa ke ICU.Ibunya dan ayahnya dudukdi
tempat yang disediakan.Aku nyaris mati mendengarnya kritis.Tuhan,selamatkan
nyawanya.Biarkan dia hidup sebentar lagi saja.
Dr.Drake keluar dari ruangan dengan
suster yang mengikutinya dari belakang.Ayah dan Ibu Caitlin langsung berdiri
dan aku langsung bertanya padanya.
“Bagaimana keadaan nya dok?”Tanyaku
panik sambil mengguncang bahunya karena dia tidak menjawab melainkan menghela
nafas.Ada apa ini?
“Justin,tenanglah.Kuatkan
dirimu”Kata Mr.Beadles.Aku menarik nafas dan menahan emosiku.Dokter mulai
bicara.
“Justin,Mr.Beadles dan Mrs.Beadles
saya minta maaf.Kami sudah melakukan yang terbaik tapi Tuhan berkehendak lain
padanya.Caitlin,dia tidak selamat”Jeritan.Yang kudengar adalah lengkingan suara
jeritan dan tangisan.Mrs.Beadles menangis didalam pelukan Mr.Beadles.Aku masih
diam.Ini tak mungkin.Dia kemarin baru saja bermain denganku.Dia tak akan
meninggalkanku.Dia berjanji.
“Boleh saya masuk?”Pintaku pada
Dr.Drake.
“Tentu.Dia berpesan sebelum pergi
padaku,Justin.Gitar yang ada diruang inapnya adalah milikmu sekarang.Dia juga
menyuruhmu melihat isi bantal dikamar inapnya.”Kata Dokter tua itu.Aku
mengangguk tak peduli.Aku segera masuk keruangan ICU dan mendapati tubuh
Caitlin tanpa satu alat medis pun ditubuhnya yang pucat,sangat pucat.
“Caitlin...”Bisikku lirih.Airmataku
mulai berjatuhan memandangi wajahnya yang tersenyum namun terlihat sangat
Pucat.
“Kau bilang takkan meninggalkan
ku,tapi apa?Kau bohong.”Lanjutku.Caitlin masih diam.Aku meraih tangannya dan
mengecup sebentar.
“Justin..”Suara Dr.Drake
memanggilku.Aku menoleh kearahnya.
“Dia harus di makamkan
sekarang.”Lanjut sang Dokter yang menangani dua gadis yang terpenting dalam
hidupku.
“Kau tak boleh sedih berlarut-larut
Justin.Caitlin bilang padaku jika dia pergi,dia tak ingin melihat siapapun yang
dia sayangi menangis,terutama Kau.”Dr.Drake menepuk pundakku untuk
menguatkanku.Aku mengangguk.Ia benar.Caitlin pasti tak ingin melihatku
menangisinya.Dia cukup bahagia selama didunia ini.Setidaknya di hari-hari
terakhirnya.
*************************************************************
Aku berjalan melewati lorong rumah
sakit dengan pakaian serba hitam dan kacamata hitam.Hari ini,saat senja
hari,Caitlin akan dimakamkan.Mr dan Mrs Beadles bilang itu yang Caitlin
inginkan jika dia meninggal.Senja,saat aku dan Caitlin menghabiskan waktu
bersama sampai senja terakhir kami.
Aku berhenti didepan kamar
Caitlin,kamar perawatannya dulu.Aroma bunga mawar tercium.Aku jadi ingat dia
suka mawar putih.Aku membuka pintu kamarnya.Masih sama seperti biasanya dan ada
gitar pojokan ruangan.Tunggu,
“Dia berpesan sebelum pergi
padaku,Justin.Gitar yang ada diruang inapnya adalah milikmu sekarang.Dia juga
menyuruhmu melihat isi bantal dikamar inapnya.”
Aku
mengingat pesan Caitlin pada Dr.Drake.Aku mendekati bantal di kasur yang dulu
Caitlin tempati.Aku merogoh isi bantal dibalik kain yang
menutupinya.Tunggu.Tanganku menyentuh sesuatu.Ku tarik benda itu dan
ternyata...Buku Diary?
Aku
yakin ini milik Caitlin.Aku membuka satu per satu halamannya.Dari situ aku tahu
kalau Caitlin sudah menyukai ku sebelum aku menemuinya di Taman saat ia tak mau
makan pagi itu.
“aku melihatnya lagi pagi ini,membawa
mawar merah dan berjalan keruangan nomor 134.Ruangan yang terdapat seorang
gadis didalamnya.Aku kira dia menyukai gadis itu.Aku kesal!Aku menyukainya tapi
dia sudah dimiliki orang lain.” Tulis Caitlin.Disitu
dia belum tahu bahwa Rose mengidap penyakit yang sama sepertinya.Ia tak mau
makan pagi itu karena aku.Aku tau semuanya sekarang.Ia takut bertemu Rose hari
itu karena dia pernah mempunyai prasangka buruk pada Rose.Saat aku membalik
halaman terakhir,ternyata itu surat.Surat untuk ku yang dirulisnya sepulang
dari taman dengan ku kemarin.
“Justin,jika kau membaca
ini,mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini.Tapi ketahuilah,jika kau selalu
mengingatku maka aku akan tetap hidup dihatimu.Aku mau mengucapkan terima kasih
banyak padamu,Justin.Kau memberikanku semangat.Kau mau menjadi temanku disaat
semua orang meninggalkanku.Aku tak bisa membalasnya Justin.Hanya gitar yang
bisa kuberikan.Aku ingin mendengarmu bermain gitar untuk orang-orang seperti
ku,orangorang yang membutuhkan semangat hidup,orang-orang yang membutuhkan
teman dan kedamaian.Suaramu membuat damai,Justin.Kau sangat baik.Kau rela
membagi waktumu dengan ku dan Rose.Betapa beruntungnya Rose bisa menjadi
kekasihmu.Kau juga mungkin sudah tau perasaanku padamu.Dan yah,aku tak bisa
menjadi seberuntung Rose.Tapi,kau yang selalu menemaniku pun itu sudah lebih
dari cukup.Thanks for everything,Justin.And i love you.Berjanjilah jangan menangis
jika aku sudah tak ada..”
***********************************************************
Aku
berdiri di pemakamannya.Hari sudah hampir gelap dan semua orang juga sudah
pulang.Caitlin dimakamkan disebelah Rose.Aku menatap kedua nisan itu.
“Aku senang telah membuat kalian
merasa bahagia di dunia.Aku berjanji aku tak akan sedih.Aku berjanji pada
kalian berdua.Kalian tak akan pernah kulupakan”Aku menaruh mawar merah di nisan
Rose dan mawar putih dinisan Caitlin sebelum akhirnya aku berjalan pergi
meninggalkan pemakaman.Aku tak akan melupakan kalian berdua,Rose dan
Caitlin.Terutama kau,Caitlin Beadles,The Girl Who Loved White Rose...
0 komentar:
Posting Komentar